Tugas pekerjaan rumah (PR) sering menjadi sumber  ketegangan antara guru dan murid. Bagi sebagian besar guru, PR merupakan  cara untuk meningkatkan kemampuan akademik dan mengajarkan siswa untuk  menjadi pembelajar mandiri. Tantangan bagi guru adalah bagaimana caranya  mendorong siswa agar mengerjakan PR dengan bersungguh-sungguh. 
Apa Yang Dapat Kita Lakukan
Komunikasikan kebijakan PR dengan orantua  murid. Kirim surat ke orangtua murid untuk menjelaskan tujuan  pemberian tugas PR, kapan dan seberapa sering akan diberikan. Berapa  waktu lamanya yang anda harapkan bagi siswa untuk mengerjakan PR, and  jika memungkinkan beri tahu orangtua kemana murid bisa mendapatkan  bantuan ketika menghadapi kesulitan (walikelas, guru mata pelajaran atau  tutor sebaya). Dalam surat itu, kita jga memberikan saran kepada orang  tua (misalnya, kerjakan soal yang lebih berat terlebih dahulu).
Buat penugasan dapat diakses  lewat Internet. Jika sekolah belum menyediakan fasilitas ini,  bicarakan dengan kepala sekolah untuk menyediakannya. Atau gunakan saja  fasilias yang ada di TeacherWeb.com, sebuah portal yang memungkinkan  kita mem-posting penugasan PR, pengumuman dan materi pendidikan lain  layaknya buliten kelas kita. Dengan fasilitas ini dapat dimonitor  absensi siswa dalam pengerjaan PR. Kita juga dapat mengirim email ke  orangtua murid daftar penugasan yang diberikan kepada anaknya, sehingga  mereka dapat memantau juga pekejaan anaknya.
Dorong murid untuk memulai mengerjakan PR  di akhir kelas. Dengan demikian, siswa dapat menanyakan ihwal  PR-nya dan kita dapat mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul dalam  pemahaman si
Beri  penghargaan bagi siswa yang menyelesaikan PR secara paripurna dalam  seminggu. Jadwalkan sebuah kegiatan pada hari Jumat sore bagi  siswa tersebut. Bagi yang tidak, gunakan waktu tersebut untuk  mengerjakan PR yang 'tertunggak', jika memungkinkan di ruang lain dengan  pengawasan guru. 
Siapkan  sebuah map khusus PR untuk absensi siswa. Sediakan satu map  khusus yang berisi penugasan dalam minggu berjalan. Siswa dapat melihat  sendiri untuk mengetahui penugasan-penugasan yang mungkin terlewatkan.  Sediakan lembar absensi PR, suruh siswa menandatangani lembar itu yang  menunjukkan bahwa si siswa sudah mengetahui PR yang diberikan.
Suruh siswa mengisi formulir PR yang  tidak dikerjakan. Bagi siswa yang tidak mengerjakan suatu PR  disuruh mengisi formulir yang berisi pertanyaan berikut:
-   Apakah siswa memahami PR tersebut?
 
-  Mengapa tidak mengerjakan  PR?
 
-  Apa rencananya untuk menyelesaikan PR yang tertinggal?
 
-   Apa yang dapat memastikan siswa tidak akan melalaikan lagi penugasan  yang berikutnya? 
 
 Kewajiban mengisi formulir ini dapat  menjadi faktor yang mencegah siswa tidak mengerjakan PR.  (Mengerjakan  PR dianggap lebih ringan dibanding harus mengisi formulir).
 Tunjuk teman yang lain sebagai mitra.  Teman dapat saling membantu memastikan PR sudah tercatat dengan baik  dan materinya sudah tersedia. Mereka juga dapat saling telepon atau SMS  untuk mengecek kemajuan pengerjaan PR. 
 Tinjau banyaknya PR. Jika penugasan dianggap  berlebihan, kurangi volumenya. Misalnya, kita memberikan PR untuk  membuat sebuah esai panjang, perpendek menjadi 4 paragraf. Tatkala siswa  merasa percaya diri bahwa kemampuannya meningkat, kita dapat  meningkatkan jumlah/volume PR-nya. Jika ada siswa yang berada di bawah  rata-rata, pertimbankan untuk memberikan penugasan yang berbeda. Jika  motivasi, bukan kemampuan, yang menjadi faktor keengganan mengerjakan  Pr, coba rancang PR yang mencerminkan minat dan kekuatan siswa.
Silahkan mencoba!
 Sumber: 
Education World  (dikutip dari www.duniagiuru.com)
 
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar anda agar Blog ini lebih bermakna.